Djarum Indonesia Open (DIO) 2013 telah berakhir, minggu (16/6). Ajang tahunan yang bertitel Super Series Premier (SSP) itu berlangsung selama satu minggu dari tanggal 10-16 juni 2013 di Istora Senayan, Jakarta. DIO merupakan salah satu ajang yang menyuguhkan hadiah terbesar dari ajang-ajang SSP lain di dunia. Total US$ 700,000 atau sekitar 6 miliar rupiah diperebutkan pemain-pemain terbaik dunia yang mengikuti turnamen ini.

Perwakilan Djarum, Ronald Halim menuturkan turnamen ini dinilai sukses dan lebih baik dari penyelenggaraan tahun lalu. "Terus terang secara umum penyelenggaraan tahun ini paling baik yang pernah kami buat. Kami juga puas dengan kerja tim yang terlibat sampai-sampai ada yang tidur di Istora untuk mempersiapkan ini semua." tutur Ronald yang menjabat sebagai Ketua IV dalam penyelenggaraan ini.

Walaupun pada DIO 2014 Djarum tak lagi menjadi sponsor utama mengingat peraturan pemerintah dan BWF yang tidak memperbolehkan brand rokok untuk mensponsori event bulutangkis lagi, tapi Djarum akan berjanji untuk memberikan totalitasnya dalam kemajuan bulutangkis Indonesia dalam cara lain.

Sementara itu pihak BWF, Darren Parks menilai bahwa penyelenggaraan DIO tahun ini juga lebih baik dari sebelumnya. Tetapi akan lebih baik lagi jika penyelenggaraan DIO di gelar di tempat yang lebih luas untuk menampung penonton yang lebih banyak. "Kekurangannya hanya sebatas kapasitas penonton karena saya lihat antusiasme disini sangat besar, waktu penyiaran dan unsur entertainment saat jeda pertandingan." ujar Darren.

(Zora Rencis Kasih)



Tulisan ini merupakan tugas akhir peserta Pelatihan Jurnalistik Bulutangkis Mahasiswa (2013) yang sengaja saya posting dalam menyambut gelaran Piala Sudirman Cup 2013 yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia 19-26 mei mendatang. Selamat berjuang Indonesia di Sudirman Cup!


------------------------------------------------------------------------------------------------
Zora Rencis Kasih
-------------------------------------------------------------------------------------------------


Rasanya kita sudah rindu akan berbagai gelar prestigius yang dulu pernah kita genggam pada saat masa jaya bulutangkis Indonesia. Thomas Cup, Uber Cup, World Champion dan bahkan Olimpiade pun nihil hasil. Apa ada yang salah dengan Indonesia?

Bersyukurlah kita, perlahan-lahan perjuangan Indonesia untuk mengembalikan masa kejayaannya mulai menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Contohnya saja, di kejuaraan Malaysia, New Zealand, Australia hingga All England, Indonesia dapat meraih hasil yang baik.

Dalam kata sambutannya di acara Pelatihan Jurnalistik Bulutangkis Mahasiswa (PJBM) 2013, Ketua Umum PBSI periode 2012-2016, Gita Wirjawan menyampaikan keyakinannya dengan prestasi bulutangkis Indonesia. “Saya yakin 2-3 tahun kedepan kalau tidak neko-neko kita bisa sukses.” ujar Gita yang juga menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI.

Untuk meraih hal itu para atlet, pelatih maupun pengurus harus tekun dan serius dalam proses mencapai target yang diberikan. Menurut Gita ada tiga hal yang menjadi kunci sukses seseorang untuk mencapai keberhasilan yakni ikhtiar, upaya, dan doa.

Di Sudirman Cup sendiri, Indonesia menetapkan target semifinal, target ini dinilai cukup realistis dengan materi pemain muda dan peringkat Indonesia yang tidak diunggulkan. Namun kita tetap berharap adanya kejutan dari pemain muda untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia.



Seminggu yang lalu saya ke Bandara Soekarno Hatta menggunakan jasa Bis Damri dari pool terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kebetulan saya duduk di bangku paling depan, tepatnya di belakang supir. Sedikit kaget saya membaca tulisan di kertas yang ditempel di kaca. Kertas itu mejelaskan bahwa terhitung mulai tanggal .... (saya lupa) tarif ke bandara naik dari Rp. 20.000,- menjadi Rp. 25.000,- dari beberapa pool seperti Lebak Bulus, Blok M, Kemayoran, Gambir, Pasar Minggu, dll.

Tetapi ternyata ada fasilitas baru yang diberikan dari pihak Damri, yakni fasilitas Wi-Fi di dalam bus itu sendiri. Wah apakah kenaikan Rp. 5.000,- dialokasikan untuk menambah Wi-Fi? Di twitter malah saya sempat membaca komentar begini, "Di warnet aja internetan sejam Rp. 3.000,-" LOL!

Tidak mau rugi saya ikutan mencoba Wi-Fi bus Damri, ID dan password saya masukkan dan langsung berselancar di internet. Ya, ternyata memang cukup cepat aksesnya. Ya pasti dong paling di bis yang saya naikki hanya beberapa orang dalam hitungan jari yang sedang memakai fasilitas itu juga.

Oya, saya juga mendapat info kalau pool Blok M yang biasanya di belakang Blok M Plaza sekarang pindah ke dalam terminal di koridor 2. Dan semoga saja dengan kenaikkan tarif ini juga dibarengi dengan pelayanan dan ketepatan waktu yang terus meningkat.