Djarum Indonesia Open (DIO) 2013 telah berakhir, minggu (16/6). Ajang tahunan yang bertitel Super Series Premier (SSP) itu berlangsung selama satu minggu dari tanggal 10-16 juni 2013 di Istora Senayan, Jakarta. DIO merupakan salah satu ajang yang menyuguhkan hadiah terbesar dari ajang-ajang SSP lain di dunia. Total US$ 700,000 atau sekitar 6 miliar rupiah diperebutkan pemain-pemain terbaik dunia yang mengikuti turnamen ini.

Perwakilan Djarum, Ronald Halim menuturkan turnamen ini dinilai sukses dan lebih baik dari penyelenggaraan tahun lalu. "Terus terang secara umum penyelenggaraan tahun ini paling baik yang pernah kami buat. Kami juga puas dengan kerja tim yang terlibat sampai-sampai ada yang tidur di Istora untuk mempersiapkan ini semua." tutur Ronald yang menjabat sebagai Ketua IV dalam penyelenggaraan ini.

Walaupun pada DIO 2014 Djarum tak lagi menjadi sponsor utama mengingat peraturan pemerintah dan BWF yang tidak memperbolehkan brand rokok untuk mensponsori event bulutangkis lagi, tapi Djarum akan berjanji untuk memberikan totalitasnya dalam kemajuan bulutangkis Indonesia dalam cara lain.

Sementara itu pihak BWF, Darren Parks menilai bahwa penyelenggaraan DIO tahun ini juga lebih baik dari sebelumnya. Tetapi akan lebih baik lagi jika penyelenggaraan DIO di gelar di tempat yang lebih luas untuk menampung penonton yang lebih banyak. "Kekurangannya hanya sebatas kapasitas penonton karena saya lihat antusiasme disini sangat besar, waktu penyiaran dan unsur entertainment saat jeda pertandingan." ujar Darren.

(Zora Rencis Kasih)


Pada hari Sabtu 21 April 2012 lalu yang juga bertepatan dengan Hari Kartini, kami Lingkungan St. Cornelius mendapat kesempatan untuk berwisata rohani sekaligus rekreasi ke daerah Jawa Barat. Selain mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, kegiatan ini juga bertujuan untuk saling mempererat tali persaudaraan antar umat Katolik di St. Cornelius. Dengan melihat beberapa pertimbangan akhirnya panitia memutuskan untuk memilih Ziarah ke Goa Maria Tebar Kamulyan yang berada di komplek Gereja Katolik Kristus Sang Penabur, Subang, Jawa Barat. Lalu dilanjutkan dengan rekreasi ke Gunung Tangkuban Parahu yang lokasinya tidak jauh dari Gereja Kristus Sang Penabur.

Sabtu pagi yang cerah kami peserta Ziarek (Ziarah Rekreasi) sudah berkumpul di depan Perumahan Grand Puri Laras. Bus besar "White Horse" sudah siap membawa kami semua ke tempat tujuan. Tepat pukul 06:00 kami semua memulai perjalanan dan tak lupa berdoa untuk meminta keselamatan agar kami semua sampai tempat tujuan dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Setelah doa yang dipimpin oleh Ketua Lingkungan, kini Ketua Panitia memberi informasi tujuan kami, waktu dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari ini. Setelah itu, kegiatan di bis diisi oleh mantan Ketua Lingkungan terdahulu yang mengajak kami bernyanyi bersama. Lagu sekolah minggu dan lagu-lagu menghibur kami sepanjang perjalanan. Anak-anak yang berani bernyanyi pun diberi hadiah berupa kue donat, dan buku cerita.






















Jalan pada sabtu ini terlihat normal, kami tidak mengalami kemacetan yang cukup berarti. Sampai keluar tol jalan di Sadang pun tidak terlihat kemacetan. Beberapa kilometer lagi kami sampai di Goa Maria Tebar Kamulyan tetapi polisi menghentikan jalan kami, Ia mengatakan bahwa jalan ditutup karena ada pawai, lalu Ia memberikan alternatif untuk jalan lain. Setelah kami ikuti, ternyata lagi-lagi kami diberhentikan polisi yang mengatakan hal yang sama, padahal itu adalah satu-satunya jalan yang harus kami lewati untuk sampai ke Goa Maria Tebar Kamulyan. Akhirnya bis parkir di depan Wisma Karya Subang sambil panitia meninjau seberapa jauh jarak yang ditempuh bila berjalan kaki dari tempat kami berhenti sampai di Goa Maria Tebar Kamulyan.

Lalu kami mendapat info bahwa kegiatan pawai ini dalam rangka HUT ke 64 Kabupaten Subang. Pawai ini pun diikuti oleh pelajar dan warga Subang. Akhirnya panitia memutuskan untuk merubah susunan acara yang sudah dibuat, yakni ziarah dipindah ke acara terakhir dan jadwal ziarah diganti makan siang lalu dilanjutkan ke Tangkuban Parahu.

Bus kami langsung meluncur ke Rumah Makan Ayam Brebes yang lokasinya tepat di pinggir jalan raya. Kami pun langsung menyantap makanan yang tersedia. Ada ayam goreng, tahu serta sambal dan lalapan yang menggugah selera.






















Setelah makan siang, kami langsung beranjak menuju lokasi Tangkuban Parahu yang lokasinya hanya 15 menit dari restoran Ayam Brebes. Karena bis tidak dapat sampai ke lokasi tujuan, bis kami pun di parkir di tempat yang telah disediakan, lalu dilanjutkan dengan mobil semacam mobil elf yang dapat membawa kita keatas. Jalan terjal dan berliku pun kami lewati untuk sampai keatas. Tak sampai 10 menit kami pun sampai di lokasi Tangkuban Parahu. Setelah semua kumpul, kami pun berfoto berrsama di depan papan Tangkuban Parahu lalu dilanjutkan dengan acara bebas

Umat pun memanfaatkan acara bebas ini dengan cara yang bermacam-macam, ada yang membeli topi kupluk, oleh-oleh, cinderamata, naik kuda atau sekedar berfoto-foto. Semua pun membaur menjadi satu. Waktu kembali berkumpul pun tiba, beberapa dari kami mengatakan masih kurang puas dan menginginkan waktu tambahan. Tapi apa boleh buat, waktu kami terbatas dan kami harus menghemat waktu agar tidak kesorean sampai di Gua Maria Tebar Kamulyan yang semula ada rencana/tujuan awal kami. Kebetulan, cuaca pun sudah turun hujan dan kabut menutupi jalan. Jadi, sepertinya memang kami diharuskan pulang.

 Bis kami pun kembali melaju ke Gua Maria Tebar Kamulyan, dan setelah hampir 45 menit kami pun sampai dan langsung turun untuk beristirahat sebentar lalu untuk meregangkan otot-otot. Sebelum ziarah kami pun berfoto di depan Gereja.











































Setelah berfoto bersama, kami pun memulai Jalan Salib. Jalan Salib dipimpin oleh seksi acara dan para umat pun mengikuti dengan khidmat. Setelah ke-14 pemberhentian kami lewati, kami masing-masing pun berdoa di depan patung Bunda Maria untuk menyampaikan doa pribadi masing-masing.

Sebelum kami menuju pulang kami menyantap snack sore yang sudah disediakan oleh panitia dan beberapa dari kami membeli keripik yang dijual di dalam lingkungan Gereja sebagai oleh-oleh.





















Waktu pulang tiba, kami naik ke bis dan melanjutkan perjalan pulang. Jalan dalam kota menuju tol pun sedikit menghambat perjalanan kami karena jalannya yang hancur sulit dilewati oleh beberapa kendaraan sehingga terjadi kepadatan yang harus memelankan laju kendaraan. Di dalam tol sendiri pun cukup padat mungkin karena hari ini adalah hari weekend. Kami pun berhenti di rest area, untuk sejenak ke kamar mandi, meregangkan otot, membeli coffe atau membeli oleh-oleh. Ada yang membeli nanas, peyeum, kerupuk pasir dll, untuk dibawa pulang.

Sekitar pukul 21:30 kami pun sampai di depan Perumahan Griya Puri Laras di tempat awal kami kumpul. Sebelum kembali kerumah masing-masing Ketua Panitia memberi kata penutup dan ucapan terimakasih dilanjutkan doa oleh Ketua Panitia. Rencana yang sudah di persiapkan sejak beberapa bulan lalu ini akhirnya sukses dilaksanakan. Dengan diikuti oleh 42 umat, baik dari Lingkungan St. Cornelius sendiri maupun luar lingkungan yang ikut bergabung. Semoga di lain kesempatan peserta yang bergabung akan lebih banyak dan acara yang dibuat lebih seru lagi.